Memahami Makna TAREKAT Menurut Etimologi dan Terminologi Secara Jelas



Munculnya fenomena tarekat di dunia Islam tak lepas dari perkembangan tasawuf. Oleh karenanya sebelum, membahas terminologi tarekat, akan dibahas Istilah tasawuf terlebih dulu. Istilah tasawuf tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah Muhammad maupun pada masa sahabatsahabatnya. Tercatat dalam sejarah bahwa munculnya istilah ini baru dimulai pada pertengahan abad ke-3 H tatkala Abu Hasyim al-Kufi (w.250 H) menggunakan dengan meletakkan kata as-Sufi di belakang namanya, meskipun jauh sebelumnya telah ada kebiasaan-kebiasaan yang dimaksud dalam kehidupan ketasawufan atau kesufian, semacam zuhud, wara’, tawakkal, dan mahabbah (Syakur, 1999: 7-8). 

Adapun kata as-Sufi dikaitkan dengan peristilahan tasawuf, segi kebahasaan atau etimologi, seringkali dihubungkan dengan 5 (lima) hal. Menurut Harun Nasution 5 (lima) hal tersebut adalah as-Suffah atau ahl as-Suffah yaitu orang yang ikut pindah bersama Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah; yang berarti barisan dalam salat berjamaah, sufi yang artinya bersih atau suci, saf yakni kain wol yang bersifat kasar, dan sophos atau kebijaksanaan (Nasution, 1983: 56-57). Meskipun komentar Rahman atas kata yang terakhir ini tidak punya dasar yang kuat karena secara historis sulit dicari kesinambugan sejarahnya (Rahman, 1997: 190). 

Seringnya istilah-istilah tersebut dikaitkan dengan kata-kata di atas karena kebiasaan kata as-Suffah atau ahl asSuffah dihubungkan dengan keadaan orang yang mencurahkan jiwa raganya, harta benda, dan lainnya hanya untuk Allah semata. Mereka rela meninggalkan kampung halamannya, rumah, kekayaan, harta benda, dan sebagainya yang ada di Makkah demi berartisipasi dalam hijrah ke Madinah bersama Nabi Muhammad yang mengharuskannya hidup dalam kesederhanaan. 

Selanjutnya jika dikaitkan dengan kata saf karena menggambarkan mereka adalah orang-orang yang berada di barisan depan dalam beribadah kepada Allah dan melakukan amal kebaikan lainnya. Ini mencerminkan sebuah kualitas ketaatan yang tinggi. Demikian jika dikorelasikan dengan kata sufi yang berarti bersih atau suci yakni karena mereka juga selalu memelihara dirinya dari perbuatan tercela dan dosa yang dilarang Allah dan RasulNya. 

Selanjutnya kata saf yang berarti kain wol yang kasar berarti menggambarkan kehidupan mereka yang tidak mengutamakan kepentingan duniawi, tidak mau diperbudak oleh harta yang dapat menjerumuskannya pada lupa kepada Allah. Demikian pula kata sophos yang berarti hikmah telah menggambarkan keadaan orang yang jiwanya senantiasa cenderung pada kebijaksanaan (Nata, 1998: 239). Jika kelima istilah tersebut dicermati maka akan menyampaikan pada karakteristik tradisi tasawuf yang mengedepankan sifat-sifat kesederhanaan, ketaatan, kesucian dalam rangka menuju kedekatan dengan Tuhan. 

Sedangkan dari sisi terminologi, banyak ditemukan definisi tasawuf, diantaranya sebagaimana tercatat sebuah karya Pengantar Ilmu Tasawuf yaitu: menurut Ma’ruf alKarkhi bahwa tasawuf adalah upaya menyucikan diri dengan cara menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah, sedangkan menurut Abu Turab an-Nakhsati bahwa tasawuf adalah memperindah diri dengan berbagai akhlak yang bersumber pada ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, dan menurut Sahl ibn. Abd Allah at-Tustari bahwa tasawuf adalah kesadaran fitrah atau perasaan percaya kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan. 

Dengan demikian maka pada intinya tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai latihan-latihan yang dapat membebaskan diri manusia dari pengaruh duniawi, membersihkan jiwanya dari akhlak yang tidak terpuji sehingga darinya hanya terpancar akhlak yang terpuji dan mulia sehingga mampu berkonsentrasi, memusatkan perhatian hanya kepada Allah dan selalu merasakan kedekatan denganNya. 

Selanjutnya tentang istilah tarekat merupakan istilah dalam kosa kata Arab, yaitu tariqah yang artinya jalan kecil, tepatnya jalan, lorong, gang (Munawir, 1984: 849). Tarekat atau tariqah yang artinya jalan tidaklah sama dengan syariat atau syari’ah yang juga memiliki arti jalan, tetapi yang ini adalah jalan besar. Dalam bahasa Annimarie Schimmel, jika tarekat adalah anak jalan, sedangkan syariat adalah jalan utama. Dikaitkan dengan tarekat dalam tradisi tasawuf, Schimmel menghubungkan kedua kata tersebut dengan pernyataan bahwa tarekat adalah jalan yang ditempuh para sufi dan digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat sebab jalan utama disebut syara’, sedangkan anak jalan disebut tariq. 

Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik atau pendidikan kesufian atau ketasawufan merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri atas hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim.Tak mungkin ada jalan tanpa adanya jalan utama tempat dia berpangkal. Pengalaman mistik atau pengalaman kesufian atau ketasawufan tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama.

Dengan demikian untuk mencapai ma’rifah atau pengalaman kedekatan dengan Tuhan perlu tarekat yang tarekat tersebut harus berbasis pada syariat. Mempertegas pernyataannya di atas Shimmel mengutip hadis Nabi yang artinya sebagai berikut: “Syariat adalah perkataanku, tarekat adalah perbuatanku dan hakikat atau ma’rifah adalah pengalaman batinku” (Schimmel, 1986: 101-102). 

Singkatnya tarekat adalah jalan sufi yang telah memproklamirkan dirinya sebagai jalan yang bisa menuntun manusia menuju pengalaman kesufian atau ketasawufan, merasa dekat dan atau bersama Tuhan. Dalam pengembaraannya menuju Tuhan ini maka seseorang harus melewati persinggahan-persinggahan (maqamah) yang menggambarkan taraf yang telah diraih dalam ketekunannya dibidang moralitas dan ujung dari pengembaraan ini adalah capaian pengalaman kedekatan dan merasa bersama dengan Tuhan (ahwal). 

Tarekat ini dalam perkembangannya bermetamorfosis menjadi komunitas-komunitas sufi yang secara berkelompok menjalankan tradisi ketasawufan, sehingga muncullah jamaahjamaah tarekat atau dalam istilah barat disebut dengan persaudaraan sufi (sufi order).


Sumber : Santri Ngalah. 2018. Tarekat Semangat Nasionalisme . Pasuruan: Yudharta Press.

Tinggalkan Komentar